1.Pengertian
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery).
Penyesuaian diri
merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku yang merupakan usaha
individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan
antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan dari lingkungan
di tempat ia tinggal.
Scheneiders (1964: 51) mengemukakan
beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjusment) ditandai
dengan:
ü pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
ü obyektivitas diri dan penerimaan diri,
ü pengendalian diri dan perkembangan diri,
ü keutuhan pribadi,
ü tujuan dan arah yang jelas,
ü perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai,
ü rasa humor,
ü rasa tanggung jawab,
ü kematangan respon,
ü perkembangan kebiasaan yang baik,
ü adaptabilitas,
ü bebas dari respon-respon yang simptomatis (gejala gangguan
mental),
ü kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang
lain,
ü memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
ü kepuasan dalam bekerja dan bermain, dan
ü orientasi yang menandai terhadap realitas.
2.konsep Penyesuaian Diri
Menurut Fromm dan Gilmore (dalam Desmita,
2009:195) ada empat konsep kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara
lain :
a. Kematangan emosional, yang mencakup :
- Kemantapan suasana kehidupan
emosional
- Kemantapan suasana kehidupan
kebersamaan dengan orang lain
- Kemampuan untuk santai, gembira
dan menyatakan kejengkelan
- Sikap dan perasaan terhadap
kemampuan dan kenyataan diri sendiri
b. Kematangan intelektual, yang mencakup :
- Kemampuan mencapai wawasan diri
sendiri
- Kemampuan memahami orang lain
dan keragamannya
- Kemampuan mengambil keputusan
- Keterbukaan dalam mengenal
lingkungan
c. Kematangan sosial, yang mencakup :
- Keterlibatan dalam partisipasi
sosial
- Kesediaan kerjasama
- Kemampuan kepemimpinan
- Sikap toleransi
d. Tanggung jawab, yang mencakup :
- Sikap produktif dalam
mengembangkan diri
- Melakukan perencanaan dan
melaksanakannya secara fleksibel
- Sikap empati, bersahabat dalam
hubungan interpersonal
- Kesadaran akan etika dan hidup
jujur
3.Pertumbuhan Personal
A.Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dar iproses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pad aanak yang sehat dan
pada waktu yang normal. Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang dalam bentuk proses aktif secara bersamaan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis seorang anak.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas
dalam kerangka keseluruhan.
B.Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
C.Kondisi-Kondisi
untuk Bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat
persamaan yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen
(Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya
lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam
aktivitas sosial, dan pemalu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
D.Fenomenologi
Pertumbuhan
pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup
dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif.
Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia
orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi
banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut
sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan
Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman
dan Hammen, 1974:33)
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup
pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel
mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus.
Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
B.STRESS
1.Pengertian
Stress,Efek-efek stress”General Adaption Syndrom”menurut Hans Selye.
Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001)
menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi
dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami
distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh
keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan
psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai makna yang negatif, cukup banyak
yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Efek-Efek Stress :
Local
Adaptation Stres.
Tubuh
menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini
termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya
berjangka pendek.
Karakteristik
dari LAS :
ü Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan
semua system.
ü Respon bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk
menstimulasinya.
ü Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
ü Respon bersifat restorative.
General Adaptation Syndrom
Selye
(1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap
berikut :
- Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap
reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat
bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
- Tahap Adaptasi atau Eustres
(Adaptation Stage)
Tahap
dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta
membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi
rentan terhadap penyakit.
- Tahap Kelelahan atau
distres (Exhaution Stage)
Tahap
dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau
berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh
Efek
lain seperti efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
Ø Nyeri dada
Ø Insomnia atau tidur masalah
Ø Nyeri kepala Konstan
Ø Hipertensi
Ø Tukak
2.Faktor-Faktor Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab
Stress
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi
dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang
dialaminya (Rice, 1992), yaitu :
Distress( stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami
rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami
keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk
menghindarinya.
Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan
pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang
bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan
kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga
dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya
menciptakan karya seni.
Faktor individual penyebab stress:
Stress muncul dalam diri seseorang melalui
penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan,bila seseorang mengalami
konflik. Konflik inilah yang merupakan sumber stress yang utama.
Faktor sosial penyebab stress:
Stress juga dapat bersumber dari interaksi
individu dengan lingkungan sosialnya. Perselisihan dalam hubungan seperti
masalah keuangan, saling acuh tak acuh dan tujuan yang saling berbeda, dapat
menimbulkan tekanan ke dalam diri yang menyebabkan individu mengalami stress.
Pengalaman stress yang umum misalnya, bersumber dari pekerjaan , khususnya
(occupational stress” yang telah diteliti secara luas.
3.Tipe-Tipe
Stress Pada Psikologi
a.Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun
luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b.Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam
pencapaiannya.
Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk
melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan
sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
c.Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan
terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga
enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti,
tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di
mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah
bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang
apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena
pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain,
ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu
relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
d.Kecemasan
Seseorang yang mengalami stress sering kali dilanda
dengan kecemasan berlebih,seperti di kala masalah yang harusnya di anggap
sepele,akan di lebih-lebihkan oleh orang yang sedang mengalami stress.
4.Symtom
Reducing Responses Terhadap Stress,Mekanisme Pertahanan Diri dan Strategi
Coping untuk Mengatasi Stress
Strategi menghadapi stres antara
lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan
perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri
secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan
tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri
secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi
yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial
dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok
sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak
negatif stresor (Sunaryo,2004)
5.Pendekatan Problem Solving
terhadap Stress
Kita mengalahkan stress dengan
cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat stress itu). Misalnya,
kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan masalah
dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga dengan
mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi (bila
situasinya sendiri tidak bisa dirubah),buat diri senyaman mungkin hingga kita
sendiri tidak dapat memikirkan hal-hal yang akan membuat pikiran kita menjadi
terganggu atau stress.
Sumber-sumber:
http://silvinamar.wordpress.com/2013/04/19/pengertian-stress/
Nama :Ajeng Chairunnisa
Kls : 2pa10
NPM : 10511487