A.Pengantar
1.Apa itu Manajemen?
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi.Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen (management) adalah pencapaian
tujuan – tujuan organisasi organisasional secara efektif dan efisien melalui
perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya-sumber
daya organisasional.
2.Apa yang di maksud dengan
kepemimpinan?
Kepemimpinan (leading) berarti menggunakan
pengaruh untuk memotivasi karyawan guna mencapai tujuan – tujuan
organisasional. Kepemimpinan yang berarti juga menciptakan nilai – nilai dan budaya
bersama, mengomunikasikan tujuan – tujuan kepada karyawan di seluruh
organisasi, dan menyuntikkan semangat untuk memperlihatkan kinerja tertinggi
kepada karyawan.
Kebanyakan orang masih cenderung
mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu
yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.
Adapun macam-macam kepemimpinan :
·
Kepemimpinan
Yang Efektif
Barangkali pandangan pesimistis tentang
keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku
yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang
harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang
harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma),
perlu tidaknya pendelegasian
(kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin),
pemimpin-pemimpin rahasia
Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas),
bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin
yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam
kepemimpinan (jangan tanya). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku.
Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa
kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar
misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.
· Kepemimpinan Karismatik
Max
Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik.
Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari
bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat
tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan
biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural,
manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa.Kemampuan-kemampuan ini
tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang
bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap
sebagai seorang pemimpin.
3.Jelaskan
teori kepemimpinan contingency fiedler(Matching Leaders and Task)
Fiddler
mendefinisikan efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam mencapai
tujuannya. Fiddler membagi tipe pemimpin menjadi 2: yang berorientasi pada
tugas dan yang berorientasi pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan
fakta bahwa tidak ada korelasi konsisten antara efektifitas grup dan perilaku
kepemimpinan.
Pemimpin yang berorientasi pada tugas
akan efektif pada 2 set kondisi.
Pada set yang pertama, pemimpin ini
sangat memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas yang didelegasikan
pada anggota sangat terstruktur dengan baik, dan memiliki posisi yang tinggi
dengan otoritas yang tinggi juga. Pada keadaan ini, grup sangat termotivasi
melakukan tugasnya dan bersedia melakukan tugas yang diberikan dengan
sebaik-baiknya.
Pada set yang kedua, pemimpin ini tidak
memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas yang diberikan tidak
jelas, dan memiliki posisi dan otoritas yang rendah. Dalam kondisi semacam ini,
pemimpin mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih tanggung jawab dalam
mengambil keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam
satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan
pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi2 yg
spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda,
oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya
atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah
kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu
situasi ke situasi lainnya.
Penerimaan kenyataan dasar ini
melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler,
yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach.Asumsi sentral teori ini
adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh
kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara
lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus dipertimbangkan.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni
mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip dibanding
para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada
orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah
ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif
dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
4.Menjelaskan Model Kepemimpinan Normatif menurut
Vroom&Yetton!
Teori kepemimpinan Vroom&Yetton ini merupakan salah satu
teori contingency. Teori ini dikembangkan
oleh Vroom & Yetton (1973) dan disebut juga sebagai model normatif tentang
kepemimpinan, karena mengarah kepada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya
kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu, yang berfokus
pada tingkat partisipasi yang diperbolehkan oleh pemimpin dalam pengambilan
keputusan dan seleksi pendekatan yang akan memaksimalkan manfaat yang akan
didapat kelompok dan pada waktu yang bersamaan, meminimalisasi gangguan
pencapaian tujuan kelompok. Model yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin
harus memimpin dalam berbagai situasi. Model ini menunjukan bahwa tidak ada
corak kepemimpinan tunggal yg dapat diterapkan pada semua situasi.
Pada hakikatnya, model ini dapat digunakan sebagai alat untuk:
a. Membantu mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara berkelompok (group problem-solving situations)
b. Menyarankan gaya-gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak untuk setiap situasi. Ada tiga parameter yang penting yaitu: (1) klasifikasi gaya kepemimpinan; (2) kriteria efektivitas keputusan; (3) kriteria penemukenalan jenis situasi pemecahan persoalan.
Pada hakikatnya, model ini dapat digunakan sebagai alat untuk:
a. Membantu mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara berkelompok (group problem-solving situations)
b. Menyarankan gaya-gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak untuk setiap situasi. Ada tiga parameter yang penting yaitu: (1) klasifikasi gaya kepemimpinan; (2) kriteria efektivitas keputusan; (3) kriteria penemukenalan jenis situasi pemecahan persoalan.
Lima pola umum Gaya Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
(Vroom & Yetton, 1973) :
1. Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2. Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3. Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
4. Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5. Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
1. Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2. Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3. Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
4. Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5. Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
5.Jelaskan Path-Goal teori dalam kepemimpinan!
Dasar dari teori ini adalah teori motivasi harapan (expectancy
theory) yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapan akan
imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan tersebut.
Penekanan disini adalah kemampuan pemimpin untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh bawahan untuk memperoleh imbalan itu.
Pokok-pokok penting dalam teori Path Goal adalah;
1. Pemimpin memenuhi kebutuhan bawahan yang berkenaan dengan efektivitas pekerjaan
2. Pemimpin memberikan latihan, bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan oleh bawahannya
Path Goal berusaha meramalkan efektifitas kepemimpinan dalam berbagai situasi, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positiv, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Diberi nama Path Goal karena memfokuskan pada bagaimana pemimpin mempungaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalan untuk menghadapi tujuan.
Teori pengharapan (expentanci theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (Path Goal) dengan valensi dari hasil (Goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Pemimpin yang efektif yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Teori Path Goal, menganjurkan pemimpin terdiri dari 2 fungsi dasar:
1. Memberi kejelasan alur.
Seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan dalam menyelesaikan tugasnya
2. Meningkatkan jumlah hasil (reward)
Bawahannya memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka
Dalam membentuk fungsi tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan.
Empat gaya kepemimpinan yang di jelaskan dalam Path Goal
• Kepemimpinan pengarah (directive leadership)
Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan meraka, memberitahukan jadwal kerja yang harus di sesuaikan dan standar kerja, serta memberi bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk didalamnya aspek perencanaan organisasi, koordinasi dan pengawasan.
• Kepemimpinan pendukung (supportive leadership)
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan diantara kelompok. Kepemimpinan model ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka mengalami frustasi dan kekecewaan.
• Kepemimpinan partisipatif (partisipative leadership)
Pemimpin model ini tidak segan-segan berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran serta ide-ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
• Kepemimpinan berorientasi prestasi ( achievement oriented leadership)
Gaya ini seorang pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi seoptimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Dengan menggunkan gaya kepemimpinan tersebut, pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para karyawan/bawahannya dan mampu memberikan motivasi, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
Penekanan disini adalah kemampuan pemimpin untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh bawahan untuk memperoleh imbalan itu.
Pokok-pokok penting dalam teori Path Goal adalah;
1. Pemimpin memenuhi kebutuhan bawahan yang berkenaan dengan efektivitas pekerjaan
2. Pemimpin memberikan latihan, bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan oleh bawahannya
Path Goal berusaha meramalkan efektifitas kepemimpinan dalam berbagai situasi, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positiv, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Diberi nama Path Goal karena memfokuskan pada bagaimana pemimpin mempungaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalan untuk menghadapi tujuan.
Teori pengharapan (expentanci theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (Path Goal) dengan valensi dari hasil (Goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Pemimpin yang efektif yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Teori Path Goal, menganjurkan pemimpin terdiri dari 2 fungsi dasar:
1. Memberi kejelasan alur.
Seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan dalam menyelesaikan tugasnya
2. Meningkatkan jumlah hasil (reward)
Bawahannya memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka
Dalam membentuk fungsi tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan.
Empat gaya kepemimpinan yang di jelaskan dalam Path Goal
• Kepemimpinan pengarah (directive leadership)
Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan meraka, memberitahukan jadwal kerja yang harus di sesuaikan dan standar kerja, serta memberi bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk didalamnya aspek perencanaan organisasi, koordinasi dan pengawasan.
• Kepemimpinan pendukung (supportive leadership)
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan diantara kelompok. Kepemimpinan model ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka mengalami frustasi dan kekecewaan.
• Kepemimpinan partisipatif (partisipative leadership)
Pemimpin model ini tidak segan-segan berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran serta ide-ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
• Kepemimpinan berorientasi prestasi ( achievement oriented leadership)
Gaya ini seorang pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi seoptimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Dengan menggunkan gaya kepemimpinan tersebut, pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para karyawan/bawahannya dan mampu memberikan motivasi, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
B.Perencanaan,Penetapan Manajemen
1.Jelaskan Pengertian dari Perencanaa manajemen !
Pengertian Perencanaan
perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Rencana meliputi sumber-sumber yang dibutuhkan, tugas yang diselesaikan, tindakan yang diambil dan jadwal yang diikuti. Para manajer mungkin membuat :
• Rencana untuk stabilitas (plan for stability),
• rencana untuk mampu beradaptasi (plan for adaptibility) atau para manajer mungkin juga membuat
• rencana untuk situasi yang berbeda (plan for contingency)
Proses perencanaan, terdiri dari :
• Menentukan tujuan perencanaan
• Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
• Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
• Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
• Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya
perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Rencana meliputi sumber-sumber yang dibutuhkan, tugas yang diselesaikan, tindakan yang diambil dan jadwal yang diikuti. Para manajer mungkin membuat :
• Rencana untuk stabilitas (plan for stability),
• rencana untuk mampu beradaptasi (plan for adaptibility) atau para manajer mungkin juga membuat
• rencana untuk situasi yang berbeda (plan for contingency)
Proses perencanaan, terdiri dari :
• Menentukan tujuan perencanaan
• Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
• Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
• Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
• Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya
Empat
tahap dasar perencanaan
Tahap
1:
Menentukan
tujuan atau serangkaian tujuan.
Perencanaan
dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan perusahaan.
Tanpa rumusan tujuan yang jelas, penggunaan sumber daya perusahaan tidak
efektif.
Tahap
2:
Merumuskan
keadaan saat ini.
Pemahaman
akan kondisi perusahaan sekarang dan tujuan yang hendak dicapai atau sumber
daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting.
Karena tujuan dan rencana menyangkut waktu akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan
saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan kegiatan lebih
lanjut. Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data
statistik.
Tahap
3:
Mengindentifikasikan
segala kemudahan dan hambatan.
Segala
kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu di identifikasikan,
untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu,
perlu diketahui faktor-faktor lingkungan dalam dan luar yang dapat membantu
perusahaan mencapai tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walaupun
sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah dan kesempatan serta ancaman yang
mungkin terjadi di waktu mendatang, adalah bagian penting dari proses
perencanaan.
Tahap
4:
Mengembangkan
rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Tahap
akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai pilihan kegiatan
untuk pencapaian tujuan, penilaian pilihan kegiatan terbaik (paling
memuaskan) di antara pilihan yang ada.
2.Langkah-langkah
dalam menyusun perencanaan dalam organisasi
1. Batasan Perencanaan
Menurut Newman perencanaan (planning) is deciding in advance
what is to be done. Sedangkan menurut A.Allen planning is the determination of
a course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya yang dimaksud
dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what
) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( When ) mengapa ( why ) dan bagaimana (
How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.
2. Unsur Perencanaan
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
3. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan Antara tugas dan tujuan tidak
dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa ditetapkan terlebih
dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang
harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa Menentukan factor-faktor apa yang
dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan
terkumpul, maka dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang
digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan Faktor yang tersedia
memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian tujuan.
Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu,
misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan
efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa Sintesa yaitu alternatif yang akan
dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa
dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada
mempunyai kelemahan-kelemahan.
4. Siapa Saja Yang Membuat Rencana
1. Panitia Perencanaan Panitia ini terdiri dari beberapa
unsure yang mewakili beberapa pihak, yang masing-masing membawakan misinya
untuk menghasilkan suatu rencana, dengan harapan rencana yang dibuat akan lebih
baik.
2. Bagian Perencanaan Seringkali tugas perencanaan,
merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ini merupakan
satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas khusus membuat rencana. Jadi
disini tidak ada unsur perwakilan yang mewakili suatu bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada
dua kelompok fungsional yaitu : – Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan
yaitu kelompok yang langsung menangani pekerjaan – Staf (pemikir) yaitu
kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan barang atau produk perusahaan,
tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk kemudian merencanakan sesuatu guna.
5. Bentuk-bentuk Perencanaan
- Recana Global (Global Plan) Analisa penyusunan recana global terdiri atas: – Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan – Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan. – Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi – Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi 2. Rencana Stategik (Strategic Plan) Bagian dari rencana global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun kerangka kerja yang akan dilakukan untuk mencapai rencana global, dimensi waktunya adalang jangka panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan dengan system prioritas. Mana yang akan dicapai terlebih dahulu. Merupakan proses prencanaan jangka panjang yang tersusun dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Tiga alas an penggunaan perencanaan strategic ini yaitu : 1. Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan lainnya yang akan dilakukan 2. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya. 3. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi. 3. Rencana Operasional ( Operational Plan ) Rencana ini meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat jangka pendek. – Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu perusahaan. – Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.
3.Manfaat Perencanaan di dalam suatu
Organisasi
Manfaat perencanaan bagi organisasi :
1.Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
2.Membuat tujuan lebih khusus,terperinci dan mudah di pahami
3.Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
4.Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
1.Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
2.Membuat tujuan lebih khusus,terperinci dan mudah di pahami
3.Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
4.Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
4.Jelaskan jenis Perencanaan dalam Organisasi
!
Perencanaan
strategis
Perencanaan
ini adalah perencanaan jangka panjang yang dipusatkan pada organisasi secara
menyeluruh. Wirausahawan memandang organisasi sebagai suatu unit total dan
memutuskan apa yang hendak dilakukannya dalam jangka panjang untuk mencapai
tujuan organisasinya.
Perencanaan
taktis adalah
perencanaan jangka pendek yang menekankan pada operasi berbagai bagian
organisasi yang sedang berjalan. Wirausahawan menggunakan sistem rencana
ini untuk menguraikan apa yang harus dilakukan oleh berbagai bagian organisasi
untuk mencapai keberhasilan dalam kurun waktu satu tahun atau kurang dari satu
tahun.
Sumber-Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/teori-kepemimpinan-normative-vroom-yetton/
ü http://zzzfadhlan.wordpress.com/2010/11/05/beberapa-pengertian-planning-perencanaan-dalam-organisasi/
Casino queen bonus and free spins
BalasHapusCasino queen bonus and free spins 2021! | Find casinos and play online クイーンカジノ casino games for real money matchpoint right from your phone. Claim casino bonus today. Rating: 8.5/10 · Review by CasinoLoyalty